Budidaya kroto dari waktu ke waktu kian populer di tengah masyarakat. Beragam metode budidaya dilakukan sesuai kreatifitas masing masing. Ada yang menggunakan media bambu, pipa paralon, toples, besek dan tanaman. Tentu saja silang pendapat atau Pro kontra tak bisa dihindari dalam teknik budidaya kroto. Masing masing tentu memiliki dasar argumentasi lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya.
Namun, artikel kali ini tidak membahas terkait silang pendapat teknik budidaya kroto. Kroto selalu dicari dan diburu para penghobi burung dan pemancing ikan. Keberadaan kroto dari waktu ke waktu kian langka saja. Di pasar pasar tradisional terutama di penjual pakan burung, kroto nyaris selalu habis, bahkan kosong alias langka. Coba buktikan saja di lingkungan sekitar anda. Selain jumlah permintaan yang semakin besar, juga stok produksinya yang semakin berkurang.
Pertumbuhan jumlah kicau mania terutama di kota kota besar semakin meningkat. Sementara kroto yang menjadi pakan utama burung piaraan seperti murai batu, kacer, jalak dan lain sebagainya semakin menyusut. Selama ini, pasokan kroto berasal dari desa desa di sekitar kota. Penyusutan pasokan atau produksi kroto yang berasal dari telur semut rangrang berjenis oechepilla smaragdina atau semut merah tidak bisa dihindari seiring maraknya penebangan pohon untuk pembangunan rumah, industri, perkampungan dan lain sebagainya. Harga kroto semakin mahal dari tahun ke tahun dan rasanya sulit harga kroto akan turun. Hukum ekonomi berlaku disini, dimana ketika permintaan naik, sementara penawaran atau pasokan terbatas atau tetap, maka harga akan naik. Sampai kapan pun selama ada penghobi burung dan penghobi mancing, kroto akan semakin mahal.
Walaupun kini sudah ada terobosan budidaya kroto, tetapi tetap tidak bisa menurunkan harga kroto. Sesuai prinsip ekonomi, ketika jumlah permintaan melebihi dengan penawaran. Konsumen atau pengguna kroto lebih banyak daripada yang memproduksi atau membudidayakannya. Singkat kata, budidaya kroto memiliki prospek yang cerah baik di waktu sekarang maupun masa mendatang.
Namun, artikel kali ini tidak membahas terkait silang pendapat teknik budidaya kroto. Kroto selalu dicari dan diburu para penghobi burung dan pemancing ikan. Keberadaan kroto dari waktu ke waktu kian langka saja. Di pasar pasar tradisional terutama di penjual pakan burung, kroto nyaris selalu habis, bahkan kosong alias langka. Coba buktikan saja di lingkungan sekitar anda. Selain jumlah permintaan yang semakin besar, juga stok produksinya yang semakin berkurang.
Pertumbuhan jumlah kicau mania terutama di kota kota besar semakin meningkat. Sementara kroto yang menjadi pakan utama burung piaraan seperti murai batu, kacer, jalak dan lain sebagainya semakin menyusut. Selama ini, pasokan kroto berasal dari desa desa di sekitar kota. Penyusutan pasokan atau produksi kroto yang berasal dari telur semut rangrang berjenis oechepilla smaragdina atau semut merah tidak bisa dihindari seiring maraknya penebangan pohon untuk pembangunan rumah, industri, perkampungan dan lain sebagainya. Harga kroto semakin mahal dari tahun ke tahun dan rasanya sulit harga kroto akan turun. Hukum ekonomi berlaku disini, dimana ketika permintaan naik, sementara penawaran atau pasokan terbatas atau tetap, maka harga akan naik. Sampai kapan pun selama ada penghobi burung dan penghobi mancing, kroto akan semakin mahal.
Walaupun kini sudah ada terobosan budidaya kroto, tetapi tetap tidak bisa menurunkan harga kroto. Sesuai prinsip ekonomi, ketika jumlah permintaan melebihi dengan penawaran. Konsumen atau pengguna kroto lebih banyak daripada yang memproduksi atau membudidayakannya. Singkat kata, budidaya kroto memiliki prospek yang cerah baik di waktu sekarang maupun masa mendatang.
No comments:
Post a Comment